gede | jum'at, 08 juni 2012 | 12:37 WIB
Erosi mengikis dataran tinggi lembah Göreme dan membentuk fitur khas seperti pilar, kolom, menara, tugu, atau jarum yang mencapai ketinggian 40 meter. Untuk memasuki taman nasional yang merupakan sebuah museum terbuka (open air museum), Anda hanya perlu membayar 15 lira Turki atau sekitar Rp. 75.000.
Cappadocia dikenal dengan julukan “Land of Fairy Chimney”. Sebutan ini muncul karena ciri khas daerah ini berupa bebatuan berbentuk seperti cerobong asap atau piramida yang pipih. Bebatuan ini tak hanya bisa dilihat di dalam taman nasional, namun juga di luar taman nasional pun sangat jelas terlihat.
Bebatuan ini menjadi rumah-rumah bagi penduduk lokal. Bayangkan rumah-rumah batu dengan atap yang berbentuk seperti cerobong asap. Uniknya, hingga kini masih banyak penduduk lokal yang tinggal di gua-gua batu tersebut.
Ada juga yang membuka restoran atau kafe di gua batu sebagai mata pencaharian, karena memang kota ini mempunyai peluang banyak sebagai daerah pariwisata. Guest house yang ada di daerah ini pun hampir semua menempati gua-gua peninggalan 3 juta tahun yang lalu. Hebat yah!
Walau masih tinggal di gua, tetapi tetap ada heater atau pemanas ruangan. Karena pada musim dingin, salju juga terkadang turun walau tidak sebanyak di kota-kota lain di utara dunia. Saya tiba di kota ini pada bulan Juli lalu, tepat di musim panas. Kalau bukan untuk melihat lanskap kota yang sangat unik, rasanya tidak mau deh merasakan panasnya kota yang bisa mencapai 40 derajat celcius. Saya sempat khawatir ketika membayangkan akan mencoba jalan darat menyusuri Turki. Ternyata naik bus antar kota di Turki seperti naik pesawat terbang. Ada televisi lengkap dengan earphone di setiap kursi, sampai ”pramugari atau pramugara” yang siap melayani Anda untuk menikmati secangkir kopi, teh, atau sekedar seteguk air dingin dan es krim.
Beberapa informasi di internet menyebutkan bahwa sangat dianjurkan untuk ikut paket tur wisata atau menyewa mobil. Tetapi ternyata sepeda motor lebih menarik. Saya tidak terikat pada jadwal tur, dan lebih bisa menikmati alam dengan lebih santai. Lalu bertemu dengan orang-orang setempat yang walau tidak bisa berbahasa inggris tetapi sangat bersahabat.
Pada sore hari, banyak penduduk lokal yang duduk-duduk dan bersantai di kedai kopi. Saya perhatikan, seperti sebagian besar negara-negara di daerah timur tengah atau yang mempunyai latar belakang kebudayaan Arab, terlihat kaum lelaki yang ”mejeng” di kedai kopi sambil menikmati shisha atau waterpipe.
Jika Anda belum pernah merokok, mungkin bisa mencoba shisha dengan macam-macam rasa. Ada rasa stoberi juga loh. Tetapi jangan sampai ketagihan ya.
Masih di provinsi yang sama, dengan vespa sewaan seharga kurang lebih Rp. 250.000 untuk 24 jam, saya turun ke kota Ortahisar. Wah, seperti fatamorgana, di tengah teriknya Cappadocia, saya menemukan sebuah danau.
Sebagian besar pengunjung danau adalah orang lokal. Ada satu-dua mobil camper dari Belanda dan Perancis. Lebih jauh perjalanan mereka daripada saya yang terbang dari Kopenhagen ke Istanbul sebelum melanjutkan perjalanan dengan bis ke Göreme. Di balik danau terlihat gunung-gunung batu di taman nasional Göreme, tempat rumah-rumah beratap seperti cerobong asap.
Kendala ”lost in translation” bisa jadi menyebalkan atau malah membuat suasana menarik. Untungnya pengalaman kali ini sangat menarik. Saya bertemu dengan sebuah keluarga yang sedang berpiknik. Dengan hanya mengandalkan bahasa isyarat melalui gerakan tangan, mereka berbagi makanan khas Turki dan memaksa saya memakan semangka terbesar yang pernah saya lihat. (Almeria Allen)
Almeria AllenCappadocia, Turki
Foto:
KOMPAS.com - Cappadocia adalah sebuah daerah yang terletak di kota Göreme, Provinsi Nevsehir, Turki. Di daerah ini terdapat sebuah taman nasional yang terdaftar dalam situs warisan dunia UNESCO. Taman ini berisi tempat-tempat bersejarah yang dilestarikan. Tempat tinggal, biara, dan gereja-gereja desa menjadi saksi bisu dari kejayaan masa kekaisaran Bizantium di abad ke-4 .Erosi mengikis dataran tinggi lembah Göreme dan membentuk fitur khas seperti pilar, kolom, menara, tugu, atau jarum yang mencapai ketinggian 40 meter. Untuk memasuki taman nasional yang merupakan sebuah museum terbuka (open air museum), Anda hanya perlu membayar 15 lira Turki atau sekitar Rp. 75.000.
Cappadocia dikenal dengan julukan “Land of Fairy Chimney”. Sebutan ini muncul karena ciri khas daerah ini berupa bebatuan berbentuk seperti cerobong asap atau piramida yang pipih. Bebatuan ini tak hanya bisa dilihat di dalam taman nasional, namun juga di luar taman nasional pun sangat jelas terlihat.
Bebatuan ini menjadi rumah-rumah bagi penduduk lokal. Bayangkan rumah-rumah batu dengan atap yang berbentuk seperti cerobong asap. Uniknya, hingga kini masih banyak penduduk lokal yang tinggal di gua-gua batu tersebut.
Ada juga yang membuka restoran atau kafe di gua batu sebagai mata pencaharian, karena memang kota ini mempunyai peluang banyak sebagai daerah pariwisata. Guest house yang ada di daerah ini pun hampir semua menempati gua-gua peninggalan 3 juta tahun yang lalu. Hebat yah!
Walau masih tinggal di gua, tetapi tetap ada heater atau pemanas ruangan. Karena pada musim dingin, salju juga terkadang turun walau tidak sebanyak di kota-kota lain di utara dunia. Saya tiba di kota ini pada bulan Juli lalu, tepat di musim panas. Kalau bukan untuk melihat lanskap kota yang sangat unik, rasanya tidak mau deh merasakan panasnya kota yang bisa mencapai 40 derajat celcius. Saya sempat khawatir ketika membayangkan akan mencoba jalan darat menyusuri Turki. Ternyata naik bus antar kota di Turki seperti naik pesawat terbang. Ada televisi lengkap dengan earphone di setiap kursi, sampai ”pramugari atau pramugara” yang siap melayani Anda untuk menikmati secangkir kopi, teh, atau sekedar seteguk air dingin dan es krim.
Beberapa informasi di internet menyebutkan bahwa sangat dianjurkan untuk ikut paket tur wisata atau menyewa mobil. Tetapi ternyata sepeda motor lebih menarik. Saya tidak terikat pada jadwal tur, dan lebih bisa menikmati alam dengan lebih santai. Lalu bertemu dengan orang-orang setempat yang walau tidak bisa berbahasa inggris tetapi sangat bersahabat.
Pada sore hari, banyak penduduk lokal yang duduk-duduk dan bersantai di kedai kopi. Saya perhatikan, seperti sebagian besar negara-negara di daerah timur tengah atau yang mempunyai latar belakang kebudayaan Arab, terlihat kaum lelaki yang ”mejeng” di kedai kopi sambil menikmati shisha atau waterpipe.
Jika Anda belum pernah merokok, mungkin bisa mencoba shisha dengan macam-macam rasa. Ada rasa stoberi juga loh. Tetapi jangan sampai ketagihan ya.
Masih di provinsi yang sama, dengan vespa sewaan seharga kurang lebih Rp. 250.000 untuk 24 jam, saya turun ke kota Ortahisar. Wah, seperti fatamorgana, di tengah teriknya Cappadocia, saya menemukan sebuah danau.
Sebagian besar pengunjung danau adalah orang lokal. Ada satu-dua mobil camper dari Belanda dan Perancis. Lebih jauh perjalanan mereka daripada saya yang terbang dari Kopenhagen ke Istanbul sebelum melanjutkan perjalanan dengan bis ke Göreme. Di balik danau terlihat gunung-gunung batu di taman nasional Göreme, tempat rumah-rumah beratap seperti cerobong asap.
Kendala ”lost in translation” bisa jadi menyebalkan atau malah membuat suasana menarik. Untungnya pengalaman kali ini sangat menarik. Saya bertemu dengan sebuah keluarga yang sedang berpiknik. Dengan hanya mengandalkan bahasa isyarat melalui gerakan tangan, mereka berbagi makanan khas Turki dan memaksa saya memakan semangka terbesar yang pernah saya lihat. (Almeria Allen)
Promo Bonus
BalasHapusBonus IDN Poker
Bonus New Member
Bonus Member Baru
Agen IDN Poker
Situs Judi IDN Poker
Promo Poker Terbaru
Agen Judi Poker Terpercaya
Situs IDN Poker
Agen IDN Poker Online
Bonus New Member Terbaru
Bonus Member Baru Poker
Agen IDN Poker Online
Situs Agen IDN Poker
Promo Poker Online Terbaru
Agen Judi Poker Online Terpercaya
Agen Slot Game
Mesin Slot Game
Slot Casino Online
Slot Game Uang Asli
Slot Game Terbaru
Agen slot Online Terpercaya